Selasa, 23 Agustus 2011

Kerendahan Hati



“Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diriNya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib. Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepadaNya nama di atas segala nama”
Bacaan : FILIPI 2 : 1 – 11 (Nasehat supaya bersatu dan merendahkan diri seperti Kristus)
Dalam bacaan ini, Santo Paulus telah menyampaikan kepada kita tentang teladan Yesus bagi kita semua. Dijelaskan bagaimana Yesus, yang dalam keadaan sebagai manusia tetap setia dan taat dengan kehendak BapaNya. Yesus Kristus, yang walaupun dalam rupa Allah tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, tetapi justru Ia mengambil rupa seorang hamba dan menjadi sama dengan manusia.
Dalam hidup keseharian kita, sadar atau tidak, ketika kita menilai diri dan kemampuan kita terlalu berlebihan, kita sering tergoda untuk bersikap sombong, angkuh, tinggi hati, congkak. Sederhananya, kita sering menganggap atau menilai kalau diri kita “yang paling…”. Di sisi lain, dalam kebersamaan kita dengan orang-orang di sekitar kita, kita juga sering jatuh dalam sikap-sikap seperti curiga, iri hati, berhati dengki, negative thinking. Kalau kita mau merenungkan lebih dalam, justru sikap-sikap kita yang demikian bisa merusak suasana hati kita sendiri menjadi tidak nyaman, tidak merasakan kedamaian, hati menjadi cemas, hati kita terasa capek. Akibat yang lebih jauh, yang timbul dari hati yang tidak nyaman tersebut misalnya mudah tersinggung dan marah, merasa selalu menderita, merasa kesepian, terbelenggu oleh cinta diri yang berlebihan, sulit untuk membantu orang lain.
Meneladani sikap Yesus, Yesus mempunyai hati yang belas kasih, setia dan teguh pada kehendak Allah, melaksanakan rencana yang diberikan oleh BapaNya, bertujuan untuk menyelamatkan semua orang, melayani dengan kesungguhan hati dan keiklasan. Kita juga bisa bercermin dari Santo Pelindung sekolah kita, yaitu St Fransiscus Xaverius.
Santo Paulus bahkan dengan jelas menunjukkan kepada kita apa yang perlu kita lakukan agar kita bisa membangun hidup keseharian kita dengan penuh rahmat Allah. “Hendaklah kamu sehati sepikir, dalam satu kasih, satu jiwa, satu tujuan, dengan tidak mencari kepentingan sendiri atau pujian yang sia-sia”. Nasehat dari St Paulus ini mengingatkan kepada kita, betapa pentingnya kita bisa melangkah dalam kebersamaan. Ketika kita hidup dalam sebuah komunitas (keluarga, tempat kerja), jika ada anggota komunitas yang tidak satu hati, satu pikir, satu kasih, satu jiwa, satu tujuan, kita pasti bisa merasakan betapa sulit menjalani hidup. “Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri tetapi kepentingan orang lain juga”. Bagaimanapun tanpa adanya orang-orang disekitar kita, kita bukanlah apa-apa. Sadar atau tidak sadar, orang-orang disekitar kita berpengaruh besar dengan perjalanan hidup kita masing-masing.
Berkaitan dengan profesi kita sebagai pendidik di sekolah ini, jika nasehat dari St Paulus ini kita jalankan, pasti kita akan menjadi pendidik yang mampu melayani dengan baik lewat kepandaian dan talenta yang kita miliki. Kita bisa membantu “menyelamatkan” anak didik kita. Dan kita tidak boleh lupa bahwa tugas kita di sekolah adalah salah satu tugas perutusan Gereja yang memang secara khusus dipercayakan kepada kita. Melaksanakan tugas dengan baik juga menjadi tempat bagi kita untuk menyalurkan rakmat Allah yang diterima oleh kita masing-masing kepada semua orang. Akhir kata, marilah kita bangun kerendahan hati dihadapan Allah dan dihadapan orang-orang disekitar kita.

 
Design by Free Themes | Bloggerized by Krist - Premium Blogger Themes | God Bless U