Sumber gambar : https://kabarmisionaris.com |
Cerita berikut saya sadur dari Buku Kasih Edisi September
2016, yang merupakan buku renungan harian Katolik.
Suatu hari Andi datang kepada seorang tukang cukur untuk
merapikan rambutnya. Sambil membiarkan tukang cukur melakukan aksinya, Andi
membuka dan mulai membaca Alkitab yang dibawanya. Melihat Andi memegang sebuah
Alkitab, tukang cukurpun mulai berceloteh dengan mengatakan bahwa ia tidak
percaya kalau Tuhan itu ada. Buktinya, begitu banyak kejahatan, penderitaan dan
tragedi yang terjadi. Kalau Tuhan itu ada, seharusnya semua itu tidak terjadi.
Mungkin karena takut rambutnya menjadi korban, Andi memilih diam dan hanya
mendengarkan celotehan tukang cukur. Setelah selesai, iapun membayar dan pergi.
Namun tak lama berselang, Andi masuk lagi sambil berteriak, “Saya
tidak percaya kalau tukang cukur itu ada!” Tukang cukur terlihat heran, lalu
menjawab sambil tertawa, “Loh, bukankah saya yang baru saja yang mencukur
rambutmu?” “Kalau tukang cukur itu ada, mengapa diluar sana ada begitu banyak
orang yang rambutnya berantakan dan tidak terurus?” kata Andi. Tukang cukurpun
tak mau kalah menjawab, “Itu karena mereka tidak mau datang kepada saya untuk
dirapikan rambutnya.” Andi menjawab dengan tersenyum, “Itu dia jawabannya.
Banyak orang yang menderita dan mengalami kesusahan karena mereka tidak datang
kepada Tuhan.”
Tidak sedikit orang yang juga mempertanyakan, apakah Tuhan
itu ada? Cerita di atas mungkin bisa memberikan gambaran secara sederhana,
walaupun tidak secara keseluruhan. Namun demikian, di dalam hati kecil kita,
terkadang kita tidak bisa memungkiri keberadaan Tuhan. Tuhan selalu hadir untuk
kita, namun terkadang justru kita yang menolaknya, bahkan membuangnya.
Hal yang lebih penting untuk kita pahami adalah Tuhan tidak akan
pernah memberikan hal buruk bagi manusia. Tuhan selalu memberikan segala
sesuatu kepada kita itu “baik adanya”. Sekarang tinggal kita sebagai manusia,
apakah akan menerima tawaran yang “baik adanya” itu atau tidak. Terkadang kita
tidak bisa melihat tawaran yang datangnya dari Tuhan. Bahkan “mata hati” kita
juga tidak bisa menangkap hal tersebut. Maka, agar kita bisa melihat tawaran yang
asalnya dari Tuhan dan “baik adanya”, mau tidak mau, kita harus dekat dengan
Tuhan dan untuk dekat dengan Tuhan, maka kita harus datang kepada Tuhan.
Semoga renungan sederhana ini dapat mencerahkan hidup kita.