Senin, 12 Juli 2010

Bapak Tua Penjual Opak

Suatu hari, terlihat Bapak Tua sedang mengayuh sepeda yg juga sudah tua. Usianya mungkin sudah di atas 60an tahun. Bahkan beberapa kali saya pernah berpapasan dengan beliau di tempat-tempat berbeda. Yang menggantung di sepedanya selalu itu-itu saja. Ada jagung mentah. Ada singkong atau pisang beberapa sisir. Dan yang tidak pernah terlewat biasanya selalu ada saja kerupuk yg terbuat dari singkong, biasa kita sebut Opak.

Suatu ketika saya menyempatkan diri untuk membeli Opaknya. Bukan karena saya suka dengan Opak tersebut, namun terlebih karena saya merasa kagum dengan beliau. Dalam benak saya ketika selalu berpapasan dengannya, "Bapak ini luar biasa". Sudah setua itu tapi masih mau berjuang untuk kelangsungan hidupnya dan mungkin keluarganya. Tanggung jawab terhadap hidup yang diberikan Tuhan betul-betul dia perjuangkan. Dia tidak mau hanya sekedar menjadi peminta-minta. Dia tidak mau menggantungkan hidupnya dari belas kasihan orang lain.

Kadang rasa kasihan juga muncul. Tapi saya yakin, Bapak Tua yang satu ini pasti tidak mau di kasihani. Dia lebih bangga dengan hasil jerih payahnya sendiri, walaupun hasil dari berkelilingnya belum tentu banyak. Tapi beliau tidak pernah lelah.

Seandainya saya yang menjalani hidup seperti beliau, belum tentu saya sanggup. Tapi dari sinilah saya bisa melihat dengan jelas, bahwa Tuhan telah memberi saya lebih banyak dari yang Bapak Tua dapatkan. Tuhan memberikan saya lebih banyak kemudahan-kemudahan. Dan saya hanya bisa berucap terima kasih. Dan semoga Bapak Tua juga mendapat kemudahan dalam pekerjaannya, berkeliling dari satu tempat ke tempat lain, sambil menjajakan kerupuk opaknya.

 
Design by Free Themes | Bloggerized by Krist - Premium Blogger Themes | God Bless U