Suatu hari, Nasruddin Hodja dikerubuti oleh segerombolan anak kecil. Kali ini, mereka meminta bantuan Nasruddin Hodja untuk membagi kenari dalam tas yang mereka bawa.
"Tuan, maukah kau membantu kami membagi kenari ini?" tanya mereka.
"Hmm.... kalian ingin aku membaginya dengan cara manusia atau cara Tuhan?" tanya Nasruddin Hodja.
"Cara Tuhan! Pasti adil," jawab anak-anak dengan mantap.
Nasruddin Hodja pun mulai membagi. Dua genggam untuk anak pertama, satu genggam untuk anak kedua, tiga butir untuk anak ketiga, satu butir untuk anak keempat dan anak kelima tidak mendapat apa-apa.
Jelas, anak-anak itu protes dengan keras. "Cara apa ini? Kok begini jadinya?"
Dengan tenang Nasruddin Hodja berkelit, katanya, "Kalian kan memintaku untuk membaginya dengan cara Tuhan kan? Nah beginilah cara Tuhan membaginy, Ia memberi banyak pada satu orang, memberi sedikit pada yang lain, bahkan ada yang tidak diberinya sama sekali. Jika kalian memintaku membagi dengan cara manusia, aku akan membaginya dengan sama rata!"
Ia pun kemudian berlalu, sementara anak-anak tersebut masih kebingungan.
Cerita di atas sungguh menarik. Kalau kita renungkan lebih dalam, bukankah dalam kehidupan sehari-hari terjadi juga demikian. Ada yang diberi rejeki oleh Tuhan dengan melimpah, bahkan untuk mendapatkannya pun mudah. Di sisi lain terjadi sebaliknya.
Ada yang diberi banyak talenta oleh Tuhan, namun di sisi lain juga bisa terjadi sebaliknya.
Semoga cerita ini menyadarkan kita, bagaimanapun Tuhan selalu bersikap adil pada umatnya. Semuanya tergantung pada diri kita masing,masing, apakah kita bisa memahami misteri keadilan Tuhan ini dalam hidup kita sehari-hari. Semoga!